welcome :)

Minggu, 03 Juni 2012

Pacaran kuno ?

Sori, dengan judul seperti ini bukan maksud kita mau ngeledekin kamu-kamu yang pacaran, tapi kita mau menertawakan kamu-kamu yang pacaran. Lho, sama aja atuh ya? Jangan bingung begitu deh, karena memang itulah faktanya. Pacaran, adalah aktivitas yang udah kuno. Mungkin bukan saja kuno, tapi sekaligus norak. Bener lho.

Kenapa sih? Islam, sebagai agama ‘modern’ dan mencerahkan pemikiran, selalu memberikan yang terbaik untuk pemeluknya. Misalnya saja, di jaman purbakala, saat manusia terbiasa buligir, alias kagak make sehelai benang pun untuk menutupi tubuhnya, Islam datang menyempurnakan aturan manusia dalam berpakaian. Jilbab salah satunya, adalah ajaran Islam yang memberikan kehormatan kepada kaum wanita dalam berpakaian. Jadi, kalo sekarang masih ada anak puteri yang kagak pake jilbab, itu artinya masih ‘kagum’ dengan kebudayaannya Homo Soloensis dan Pythecantropus Erectus yang masih primitif, alias kuno. Gubrag! (yang tersinggung dilarang bangga) ?

Lha, pacaran apa hubungannya dengan kuno dan modern? Sabar dulu sobat. Begini, sebelum Islam datang sebagai agama penyempurna bagi kehidupan manusia, kehidupan di masa jahiliyah dulu rusak banget. Salah satunya dalam pergaulan. Mungkin, kalo kita mau kejam, seperti dunia binatang. Kok bisa sih? Iya, soalnya hubungan antara pria dan wanita di masa jahiliyah dulu kagak ada aturannya. Main seruduk, main selonong sana selonong sini. Suka-suka aja gitu lho. Waduh!

Sobat muda muslim, itulah sebabnya kenapa kita bilang bahwa pacaran adalah aktivitas kuno dan sekaligus norak. Lihat saja model gaul anak muda sekarang (termasuk paling banyak di antaranya adalah remaja muslim) makin tak terkendali alias liar banget. Kata seorang teman, remaja sekarang dalam bergaul dengan lawan jenisnya menggunakan prinsip 3T; ta’aruf (saling mengenal), taqarrub (saling mendekat), dan tak tubruk (terjemahkan dan tafsirkan sendiri deh, he..he..he..). mentang-mentang saling cinta dan saling sayang, lalu merasa halal aja main elus, main peluk, main tendang, main cekik, dan main banting (smackdown kali yee…? He..he..he..) Jadi, pacaran memang aktivitas yang deket-deket banget dengan z-i-n-a. Naudzubillahi min dzalik!

Benar banget sobat, kita ngeri deh dengan perkembangan gaul remaja sekarang. Remaja yang awam memang paling banyak melakukan aktivitas baku syahwat yang diharamkan Islam ini, but nggak sedikit yang ngakunya anak masjid juga jadi aktivis pacaran. Wackss… kacau-beliau dong? Begitulah…

Hmm…, kamu yang masih pacaran dan lagi seneng-senengnya bermesraan bareng gandengan kamu, pastinya bakalan sutris baca tulisan ini. Mungkin juga tuh sumpah serapah bakalan keluar dalam mulut kamu. Tapi inget sobat, justru lebih parah kalo kagak ada yang mau susah payah ngingetin kita-kita. Sebab, sebagai manusia kita selalu nggak lepas dari kesalahan. Di sinilah perlunya kita saling menasihati dan ngingetin satu sama lain. Tul nggak? Jadi, jangan marah ya kalo kita ngingetin kamu, meski dengan sindiran.

Kenapa sih pada pengen pacaran?
Bener. Kenapa sih kamu-kamu pada pengen ngelakuin pacaran? Apa enaknya pacaran? He..he..he.. jangan bingung dulu Mas, kita coba bantu ngasih bocorannya. Ada beberapa alasan yang bisa kita telusuri di balik maraknya aktivitas ilegal dalam ajaran Islam ini:

Pertama, biar disebut dewasa. Banyak teman remaja yang melakukan pacaran, biar disebut udah dewasa. Maklum aja, aktivitas baku syahwat itu kayaknya ganjil banget kalo dilakukan oleh bocah cilik. Selain ganjil, anak kecil nggak pantes ngelakuin pacaran.

Sobat muda, secara biologis boleh jadi kamu dewasa. Kamu yang cowok udah mimpi basah, tubuhmu udah mulai memproduksi sel sperma, suaramu pun udah berubah jadi berat, udah tumbuh rambut di sana-sini, jakunmu pun mulai kelihatan. Kamu yang puteri, sudah mulai haidh, tubuhmu udah memproduki sel telur, beberapa bagian tubuh mengalami pertumbuhan pesat. Itu secara fisik. Dan itu nggak salah kamu disebut dewasa.

Tapi, ukuran dewasa nggak selalu ditentukan dengan perubahan fisikmu, tapi ditentukan pula dengan cara kamu berpikir dan cara kamu bersikap. Nah, dewasa dalam berpikir dan bersikap harus kamu miliki juga dong. Sebab, banyak orang mengaku udah dewasa, tapi ternyata nggak bisa atau belum bisa berpikir dewasa. Seperti apa sih berpikir dewasa? Kamu berani bertanggung jawab dan bisa menentukan masa depan kamu sendiri. Dengan cara yang benar tentunya. Itu baru dewasa.

Itu sebabnya, kalo kamu menganggap bahwa untuk bisa dikatakan udah dewasa adalah dengan melakukan pacaran, berarti kamu sebetulnya belum bisa dikatakan dewasa, terutama dalam berpikir dan bersikap. Why? Sebab, aktivitas pacaran jelas mendekati zina. Dan itu dosa. Jika kamu masih tetap melakukannya, itu artinya kamu belum tahu arti sebuah kedewasaan. Padahal, orang yang berpikir dan bersikap dewasa, akan lebih hati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Nggak asal jalan aja. Tapi penuh perhitungan, bila perlu mengkalkulasi untung-rugi dari sebuah perbuatan yang kamu lakukan. Sebab, itulah yang namanya bertanggungjawab. Lha, yang pacaran? Rata-rata cuma seneng-seneng aja tuh. Berarti nggak punya prinsip dong? Berarti belum dewasa dong? Tepat. Kejam amat ya? ?

Kedua, having fun. Walah, ini juga asal-asalan. Tapi inilah kenyataan yang kudu kita hadapi. Banyak teman remaja yang mengaku bahwa alasan melakukan pacaran sekadar having fun aja. Sekadar bersenang-senang. Nggak punya alasan lain. Barangkali teman remaja yang begitu menganggap bahwa pacaran sekadar hiburan di masa sulit dan obat stres saat menghadapi persoalan hidup.

Bisa jadi, teman-teman remaja yang nggak mendapatkan kasih sayang di rumah, karena kebetulan orangtuanya jarang di rumah, ia nyari kesenangan di luar. Bisa dengan kekasihnya (baca: pacaran), bisa juga lari ke minuman keras dan narkoba. Di rumah sumpek, maka pelampiasan untuk mencari kesenangannya lewat pacaran. Pacaran sering diyakini sebagai obat mujarab untuk menghilangkan stres. Gimana nggak senang, wong, jalan berdua, mojok berdua, bisa curhat, bisa menikmati hidup ini dengan nyaman dan tenang.

Benarkah pacaran selalu memberikan kesenangan? Ternyata nggak tuh. Banyak pasangan yang pacaran justru cek-cok melulu. Belum lagi kalo beda ambisi. Maklum masih pada muda, emosinya masih meletup-letup. Jadi, gimana mau senang-senang jika tiap hari ‘panas’ melulu. Nggak banyak sih yang begitu, tapi tetap, bahwa alasan berpacaran semata untuk having fun, juga nggak dibenarkan. Baik secara hitung-hitungan logika, apalagi hukum syara.

Ketiga, pacar sebagai motivator dan katalisator. Duh, emangnya pacaran sejenis suplemen, pake menambah semangat segala? Tapi itulah yang terjadi. Alasan yang asal-asalan memang. Namun inilah yang juga banyak diakui teman remaja. Ada yang ngedadak jadi getol dateng ke sekolah en rajin belajar. Rela datang lebih awal ke sekolah. Tujuannya, biar bisa berlama-lama dengan sang gacoan. Maklum, kalo di sekolah sang gebetan ada, rasanya muncul semangat untuk belajar. Ah, yang benar nih? Jangan ngigau begitu, ah!

Benarkah pacaran bisa tambah semangat belajar? Naga-naganya sih alasan itu cuma direkayasa. Coba aja kamu pikirin, gimana bisa belajar jadi getol kalo di sekolah aja yang diingetin cuma kekasihnya. Boleh jadi pelajaran yang diikuti di kelas memantul sempurna, karena otaknya udah full dengan memori tentang sang kekasih hati. Lagi pula, yang berhasil jadi juara kelas or juara umum di sekolah bukan karena mereka pacaran. Kalo memang pacaran nambah semangat untuk belajar, harusnya semua yang pacaran tambah pinter, karena belajar terus. Buktinya? Justru yang pacaran selalu bermasalah dalam belajarnya.

Memang sih ada satu-dua yang pacaran tapi prestasinya tetep bagus. Tapi itu bukan jadi alasan lho untuk kamu teladani. Sebab, puluhan, atau mungkin ratusan remaja yang pacaran, justru prestasi akademiknya jeblok. Yang pinter itu pun, karena emang otaknya tokcer banget. Selain memang mereka nggak nafsu-nafsu amat untuk pacaran. Karena doi biasanya lebih mementingkan belajar. Nah lho?

Jadi, emang nggak ada pengaruh secara signifikan sih antara pacaran dan prestasi belajar. Nggak ada. Itu mah, cuma alasan klise alias dibuat-buat aja untuk melegalkan ajang baku syahwat yang dilarang itu. Tapi sejujurnya, pendapat kita neh, yang udah-udah, makin kuat pacarannya, biasanya malah makin malas belajarnya. Ngaku aja deh. (Idih kayak interogasi aja ya? He…he…he..)

Tapi terlepas dari itu semua, entah pacaran itu bisa menumbuhkan semangat belajar atau malah memadamkan semangat belajar, tetep aja perbuatan tersebut haram untuk dilakukan. Karena ukuran manfaat dan mafsadat (keburukan) bukan dinilai oleh kita. Kita, kaum muslim, diajarkan untuk melakukan perbuatan yang ihsan. Jadi, bukan yang terbanyak amalnya yang akan dinilai oleh Allah, tetapi yang terbaik amalnya. Baik niat maupun caranya. Dua-duanya kudu sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Firman Allah Swt.: “…supaya Dia menguji kalian siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya.” (TQS al-Mulk [67] : 2)

Seorang ulama yang hidup di masa Abdul Malik bin Marwan, Sa’id bin Jubair, pernah mengatakan: “Tidak diterima suatu perkataan kecuali disertai amal, tidak akan diterima perkataan dan amal kecuali disertai niat, dan tidak akan diterima perkataan, amal dan niat kecuali disesuaikan dengan sunnah Nabi saw.”

Saking pentingnya ihsan dalam beramal ini, Imam Malik mengatakan: “Sunnah Rasulullah saw itu ibarat perahu nabi Nuh. Siapa yang menumpanginya ia akan selamat; sedangkan yang tidak, akan tenggelam.”
Nah, meskipun niatnya bagus untuk menambah semangat belajar (mungkin ikhlas karena Allah), tapi pacaran adalah perbuatan maksiat. Jadi nggak klop tuh. Nah lho?

Menertawakan pacaran
Sobat muda muslim, kalo melihat teman-teman kamu yang pacaran, kita suka geli dan lucu lho. Kita tertawa. Bener. Abisnya, teman remaja yang aktivis berat pacaran adalah tipe manusia yang suka ngakalin gitu lho. Sebab, alasan-alasan utama mereka berpacaran justru semuanya klise. Intinya, semua itu cuma direkayasa untuk melegalkan aktivitas baku syahwat terlarang itu. Bener. Kagak bohong!

Oke deh, singkat kata, bagi kamu yang masih aktif pacaran, segera melakukan pembenahan; putusin aja pacar kamu. Pelajari Islam. Yakinlah, Allah pasti akan memberikan yang terbaik buat kamu. Nggak usah ragu, jodoh di tangan Allah, bukan di tangan hansip (maksudnya kalo kamu kepergok lagi “begituan” sama hansip, he..he..he..).

Bagi kamu yang belum terjun ke dalam aktivitas ini, hindari segala peluang yang bakal menyeret kamu ke dalam pergaulan bebas ini. Pelajari Islam, sering hadir di majlis taklim, pengajian sekolah dan bertemanlah dengan anak-anak sholeh di sekolah dan lingkungan tempat tinggalmu. Insya Allah itu bakal meredam keinginan kamu terhadap aktivitas gaul bebas yang emang berbahaya dan dosa itu.

Firman Allah Swt: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS an-Nûr [24]: 30).

Sobat, pacaran adalah salah satu pemenuhan yang salah dari naluri mempertahankan jenis. Sebab, pemenuhan dan penyaluran yang sah menurut Islam adalah dengan menikah. Sabda Rasulullah saw.: “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kamu memiliki kemampuan untuk menikah, maka nikahlah, sebab nikah itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan; tetapi barangsiapa belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab puasa itu baginya merupakan pelindung” (HR Bukhari)

Jadi, jangan pada nekat pacaran ya? Pacaran itu nggak ada manfaatnya sama sekali. Kalo pun mungkin ada ‘manfaat’, tapi itu biasanya cuma diukur dengan penilaian hawa nafsu kita, bukan berdasarkan aturan Allah Swt. Kalo kamu nekat pacaran? Huahaha… udah kuno, norak, dosa lagi. Amit-amit deh. Tinggalin ya..!?


www.gaulislam.com
www.dudung.net

13 penawar racun kemaksiatan

Disadur secara ringkas dari buku 13 Penawar Racun kemaksiatan (terjemahan dari kitab Sabiilun najah min syu’mil ma’shiyyah) karangan Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy, terbitan Darul Haq, Jakarta.

Berikut ini ada beberapa terapi mujarab untuk menawar racun kemaksiatan.

1. Anggaplah besar dosamu
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu berkata, ”Orang beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung, ia takut gunung tersebut menimpanya. Sementara orang yang fajir (suka berbuat dosa) dosanya seperti lalat yang lewat di atas hidungnya.”

2. Janganlah meremehkan dosa
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Janganlah kamu meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu seseorang datang membawa ranting dan seorang lainnya lagi datang membawa ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka. Kapan saja orang yang melakukan suatu dosa menganggap remeh suatu dosa, maka itu akan membinasakannya.” (HR. Ahmad dengan sanad yang hasan)

3. Janganlah mujaharah (menceritakan dosa)
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Semua umatku dimaafkan kecuali mujahirun (orang yang berterus terang). Termasuk mujaharah ialah seseorang yang melakukan suatu amal (keburukan) pada malam hari kemudian pada pagi harinya ia membeberkannya, padahal Allah telah menutupinya, ia berkata, ‘Wahai fulan, tadi malam aku telah melakukan demikian dan demikian’. Pada maalm hari Tuhannya telah menutupi kesalahannya tetapi pada pagi harinya ia membuka tabir Allah yang menutupinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Taubat nasuha yang tulus
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat daripada seorang di antara kamu yang berada di atas kendaraannya di padang pasir yang tandus. Kemudian kendaraan itu hilang darinya, padahal di atas kendaraan itu terdapat makanan dan minumannya. Ia sedih kehilangan hal itu, lalu ia menuju pohon dan tidur di bawah naungannya dalam keaadaan bersedih terhadap kendaraannya. Saat ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kendaraannya muncul di dekatnya, lalu ia mengambil tali kendalinya. Kemudian ia berkata, karena sangat bergembira, ‘Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu’. Ia salah ucap karena sangat bergembira”. (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Jika dosa berulang, maka ulangilah bertaubat
Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata, ”Sebaik-baik kalian adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.” ditanyakan, ‘Jika ia mengulangi lagi?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Jika ia kembali berbuat dosa?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Sampai kapan?’ Dia menjawab, ‘Sampai setan berputus asa.”’

6. Jauhi faktor-faktor penyebab kemaksiatan
Orang yang bertaubat harus menjauhi situasi dan kondisi yang biasa ia temui pada saat melakukan kemaksiatan serta menjauh darinya secara keseluruhan dan sibuk dengan selainnya.

7. Senantiasa beristighfar
Saat-saat beristighfar:
a. Ketika melakukan dosa
b. Setelah melakukan ketaatan
c. Dalam dzikir-dzikir rutin harian
d. Senantiasa beristighfar setiap saat
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam beristighfar kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali (dalam hadits lain 100 kali).

8. Apakah anda berjanji kepada Allah untuk meninggalkan kemaksiatan?
Tidak ada bedanya antara orang yang berjanji kepada Allah (berupa nadzar atas tebusan dosa yang dilakukannya) dengan orang yang tidak melakukannya. Karena yang menyebabkan dirinya terjerumus ke dalam kemksiatan tidak lain hanyalah karena panggilan syahwat (hawa nafsu) lebih mendominasi dirinya daripada panggilan iman. Janji tersebut tidak dapat melakukan apa-apa dan tidak berguna.

9. Melakukan kebajikan setelah keburukan
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda,
”Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebajikan maka kebajikan itu akan menghapus keburukan tersebut, serta perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Tirmidzi menilai hadits ini hasan shahih))

10. Merealisasikan tauhid
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda,
”Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Barangsiapa yang melakukan kebajikan, maka ia mendapatkan pahala sepuluh kebajikan dan Aku tambah dan barangsiapa yang melakukan keburukan keburukan, maka balasannya satu keburukan yang sama, atau diampuni dosanya. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta dan barangsiapa yang mendekat kepada-ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa; barangsiapa yang datang kepada-ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari. Barangsiapa yang menemui-Ku dengan dosa sepenuh bumi tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku menemuinya dengan maghfirah yang sama.” (HR. Muslim dan Ahmad)

11. Jangan berpisah dengan orang-orang yang baik
a. Persahabatan dengan orang-orang baik adalah amal shalih
b. Mencintai orang-orang shalih menyebabkan sesorang bersama mereka, walaupun ia tidak mencapai kedudukan mereka dalam amal
c. Manusia itu ada 3 golongan
i. Golongan yang membawa dirinya dengan kendali takwa dan mencegahnya dari kemaksiatan. Inilah golongan terbaik.
ii. Golongan yang melakukan kemaksiatan dalam keadaan takut dan menyesal. Ia merasa dirinya berada dalam bahaya yang besar, dan ia berharapa suatu hari dapat berpisah dari kemaksiatan tersebut.
iii. Golongan yang mencari kemaksiatan, bergembira dengannya dan menyesal karena kehilangan hal itu.
d. Penyesalan dan penderitaan karena melakukan kemaksiatan hanya dapat dipetik dari persahabatan yang baik
e. Tidak ada alasan untuk berpisah dengan orang-orang yang baik

12. Jangan tinggalkan da’wah
Said bin Jubair berkata, ”Sekiranya sesorang tidak boleh menyuruh kebajikan dan mencegah dari kemungkaran sehingga tidak ada dalam dirinya sesuatu (kesalahanpun), maka tidak ada seorangpun yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran.” Imam malik berkomentar, ”Ia benar. Siapakah yang pada dirinya tidak ada sesuatupun (kesalahan).”

13. Jangan cela orang lain karena perbuatan dosanya
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menceritakan kepada para shahabat bahwasanya seseorang berkata, ”Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.” Allah swt berkata, ”Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapus amalmu.” (HR. Muslim).

###
http://dejaqfar.co.cc/information/13-penawar-racun-kemaksiat